Welcome to BIRO EKONOMI NTB Official Website

@biro_perekonomianntb

Berita

Biro Perekonomian Setda NTB Hadiri Rilis Inflasi Bulan Oktober 2025 di BPS Provinsi NTB

Biro Perekonomian Setda NTB Hadiri Rilis Inflasi Bulan Oktober 2025 di BPS Provinsi NTB

Senin, 3 November 2025

Analis Kebijakan Ahli Muda, Aan Rusmayanti, S.E., M.M., dan Penelaah Teknis Kebijakan, L. Teguh Anggar, S.STp, mewakili Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Nusa Tenggara Barat menghadiri kegiatan Rilis Berita Resmi Statistik Inflasi Bulan Oktober 2025 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB di Aula Tambora, Kantor BPS Provinsi NTB.

Kegiatan dibuka oleh Kepala BPS Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, M.M., yang memaparkan perkembangan inflasi bulan Oktober 2025 serta mengimbau agar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi maupun Kabupaten/Kota terus mengantisipasi potensi kenaikan inflasi menjelang akhir tahun. Menurutnya, pengendalian inflasi yang tetap berada dalam rentang target nasional (2,5% ± 1) penting untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah dan nasional.

Inflasi Provinsi NTB pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,35% (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,28% (mtm). Secara tahunan (yoy), inflasi NTB sebesar 2,96%, juga sedikit di atas inflasi nasional sebesar 2,86% (yoy). Kondisi ini menunjukkan tekanan inflasi yang masih relatif tinggi dan perlu menjadi perhatian bersama.

Sumber utama tekanan inflasi NTB pada Oktober 2025 berasal dari komoditas perhiasan dan pangan strategis, seperti emas perhiasan, cabai merah, ikan benggol/layang, ikan bandeng, dan udang basah. Kenaikan harga pada komoditas-komoditas tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan menjelang akhir tahun, keterbatasan pasokan akibat kondisi cuaca, serta penyesuaian harga emas mengikuti tren global.

Sementara itu, beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi antara lain angkutan udara, pisang, daging ayam ras, tomat, dan kol putih/kubis. Penurunan harga dipicu oleh meningkatnya pasokan hasil panen serta turunnya tarif angkutan udara setelah berakhirnya periode puncak perjalanan.

Perkembangan inflasi di beberapa daerah di NTB menunjukkan variasi tekanan harga:

  • Kota Mataram: Inflasi 0,14% (mtm) dan 3,12% (yoy) — inflasi bulanan rendah namun tahunan tertinggi di NTB.
  • Kota Bima: Inflasi 0,47% (mtm) dan 2,28% (yoy) — tekanan harga terutama berasal dari cabai merah dan ikan laut.
  • Kabupaten Sumbawa: Inflasi 0,57% (mtm) dan 2,99% (yoy) — inflasi bulanan tertinggi di NTB akibat kenaikan harga ikan segar dan bahan pangan strategis.

Secara keseluruhan, komoditas penyumbang inflasi terbesar di NTB adalah emas perhiasan dan cabai merah, sedangkan komoditas penyumbang deflasi utama adalah daging ayam ras dan tomat.

Melalui rilis ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan, khususnya TPID di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dapat memperkuat koordinasi dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran target nasional menjelang akhir tahun 2025.