Rabu, 02 Oktober 2024
Analis Kebijakan Ahli Madya pada Biro Perekonomian Setda Prov NTB, Nana Oktutiana, S.IP, ME, didampingi oleh Analis Kebijakan Ahli Muda Aan Rusmayanti, SE, MM menghadiri Rakor Pengendalian Inflasi Daerah bersama Kemendagri secara hybrid yang dipimpin oleh Plt. Sekjen Kemendagri, Tomsi Tohir Balaw dengan narsum dari K/L terkait dan dihadiri oleh Kepala Daerah seluruh Indonesia secara virtual.
Rapat dibuka dengan pemaparan dari BPS terkait Tinjauan Inflasi bulan September 2024 menunjukkan secara m-to-m terjadi deflasi sebedar -0,12 persen dan secara y-o-y terjadi inflasi sebesar 1,84 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender (y-to-d) mencapai angka 0,74 persen. Deflasi m-to-m pada bulan September 2024 lebih dalam dibandingkan Agustus 2024, begitupun dengan inflasi tahunan September 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun 2023. Untuk sektor penyumbang deflasi m-to-m tertinggi September 2024 berasal dari kelompok Makanan, minuman, dan Tembakau yang mengalami deflasi sebesar -0,59 persen dengan andil -0,17 persen. Kelompok yang sama juga turut menjadi penyumbang inflasi tahunan September 2024 tertinggi dengan angka inflasi sebesar 2,57 persen dan andil 0,73 persen.
Selanjutnya tingkat inflasi September 2024 menurut komponen secara m-to-m, di mana komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dengan andil 0,10 persen. Komoditas utama yang menyumbang inflasi pada kompinen ini adalah kopi bubuk dan biaya akademi/perguruan tinggi. Selanjutnya komponen Diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan andil 0,01 persen. Komoditas utama penyumbang komponen ini adalah bensin. Kemudian komponen Bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34 persen dengan andil sebesar 0,21 persen. Komoditas penyumbang utama dalam komponen ini adalah cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat.
Untuk tingkat inflasi September 2024 menurut wilayah, sebagian besar provinsi mengalami deflasi dengan rincian 24 provinsi mengalami deflasi dan 14 lainnya mengalami inflasi termasuk Provinsi NTB. Di kawasan Bali Nusra, deflasi terdalam terjadi di Provinsi NTT sebesar 0,03 persen, dan inflasi tertinggi terjadi di Bali sebesar 0,13 persen. Di wilayah yang sama pada tingkat Kab/Kota, tercatat inflasi tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 0,89 persen, dan deflasi terdalam terjadi di Kab. Waingapu sebesar -0,68 persen, disusul oleh Kab. Ngada sebesar -0,22 persen dan Kab. Sumbawa sebesar -0,12 persen.