Selasa, 4 Juni 2024
Kepala Biro Perekonomian Setda Prov NTB Drs. H. Wirajaya Kusuma, MH, mewakili Pj. Gubernur NTB menghadiri rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah secara hybrid yang dipimpin oleh Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Thohir.
Dalam sambutannya Plt. Sekjen Kemendagri menyampaikan Angka Inflasi nasional pada bulan Mei 2024 turun dari bulan sebelumnya dari angka 3,00 persen ke 2,84 persen. Meskipun masih terdapat beberapa komoditas yang masih perlu ditangani dengan lebih baik seperti cabe dan bawang merah. Selain itu beliau mengimbau agar ketepatan waktu terkait barang komoditas impor dan distribusinya harus diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap gejolak inflasi mingguan maupun bulanan. Pemerintah harus merencanakan dan mengantisipasi perubahan situasi yang perlu penanganan segera.
Selanjutnya dari BPS menyampaikan Tinjauan Inflasi dan perkembanhan IPH Minggu ke-5 Mei 2024. Secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,03%, dan secara y-o-y terjadi inflasi 2,84 persen (lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun 2023) sedangkan secara y-to-d terjadi inflasi 1,16 persen. Deflasi kali ini menjadi yang pertama sejak yang terakhir pada agustus 2023. Komoditas penyumbang dominan deflasi m-to-m dari kelompok pengeluaran penyumbang terbesar yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau (deflasi 0,29 persen dengan share 0,08 persen) yang pertama adalah beras yang mengalami deflasi sebesar 3,59 persen dengan andil sebesar 0,15 persen dengan sebaran wilayah di 29 Provinsi mengalami deflasi (terdalam di Prov. Banten sebesar 8,98%), 1 Provinsi stabil, dan 8 Provinsi masih inflasi (tertinggi Prov. Papua Tengah sebesar 4,25%). Kemudian dari kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 0,35 persen dengan andil 0,04 persen. Adapun Tingkat Inflasi Pasca Lebaran dalam 5 tahun terakhir secara umum terjafi deflasi dengan angka terdalam 0,16 persen pada bulan Juni 2021.
Selanjutnya perkembangan IHK pada pekan ke-5 Mei 2024, jumlah kab/kota yang mengalami kenaikan IPH turun dibanding minggu lalu. 10 kab/kota yang mengalami kenaikan tertinggi yang pertama adalah kab. Lombok Barat sebesar 7,20 persen dengan komoditas pemyumbang terbesar adalah Bawang Merah (andil 1,82%), Beras (andil 1,33%), dan Daging Ayam Ras (andil 0,83%). Adapun di deretan 10 kab/kota dengan Penurunan IPH tertinggi ada kab. sumbawa barat dengan penurunan sebesar -6,57 persen dan kab. Bima dengan penurunan sebesar -3,59 persen.
Selanjutnya Plt. Sekjen Kemendagri menyampaikan data terkait 10 daerah provinsi maupun kab/kota dengan inflasi tertinggi dan yang masih di atas angka inflasi nasional agar mengintensifkan rapat kordinasi.
#biroperekonomianntb#ntbmajumelaju#banggamelayanibangsa#berakhlak